Tetap Kalem Hadapi 'Krisis' Tisu Toilet di Kanada

Tetap Kalem Hadapi 'Krisis' Tisu Toilet di Kanada

IDN TERUPDATE - Tetap Kalem Hadapi 'Krisis' Tisu Toilet di Kanada

IDN TERUPDATE - Berita jumlah kematian, jumlah kesembuhan, jumlah yang positif sudah pasti membuat saya merasa khawatir akan pandemi virus corona COVID-19 ini.

Tapi yang membuat saya sedikit lebih khawatir ialah berita mengenai kepanikan belanja di mana-mana.

Pasalnya kami memiliki satu anak yang masih balita, sehingga rasanya takut jika keperluannya seperti susu, makanan, sampai popok tak bisa terpenuhi lantaran stoknya habis di supermarket.

Suami punya kekhawatiran tersendiri, yakni soal tisu toilet. Silakan tertawa sepuasnya, tapi kebiasaan orang Barat memang demikian adanya.

Saya menikah dengan orang Kanada dan kini kami bersama anak tinggal di Ontario. Tak terasa sudah lima tahun saya hijrah dari Jakarta.

Sejak awal menikah, saya sudah memahami bahwa bakal banyak terjadi perbedaan, mulai dari bahasa, budaya, sampai suhu.

Soal perbedaan kebiasaan penggunaan air bersih versus tisu toilet juga sudah saya mengerti. Menurut saya keduanya bersih, tergantung ketelitian saat menggunakannya. Jadi apapun teknik cebokmu, aku tetap mencintaimu, suamiku hehehe...

Ketika belanja bulanan di masa pandemi corona, kami lebih mengutamakan bahan pokok seperti makanan beku, makanan anak, obat, dan vitamin.

Untuk kertas toilet, kami belanja sedapatnya karena barang itu memang laku keras. Suami hanya bisa nanar saat melihat rak tisu toilet hampir kosong melompong.

Pandemi virus corona juga membuat saya dan suami terpaksa bekerja dari rumah. Soal ini, anak kami jadi senang, karena kini ayah dan ibunya jadi lebih sering menemaninya bermain.

Bagi ibu rumah tangga seperti saya, bisa bekerja di rumah rasanya asyik juga. Yang pasti saya jadi bisa menghemat biaya di tempat penitipan anak yang harganya lumayan menguras kantong.

Ditambah lagi, saya bisa melihat langsung tumbuh kembang anak setiap hari. Selain menonton film kartun, saya juga mengajaknya membuat kerajinan tangan sederhana.

Beruntung kami masih memiliki sepetak halaman, sehingga bisa tetap menghirup udara bebas dan menikmati sinar matahari jika bosan di dalam rumah selama aturan pembatasan perjalanan dan jaga jarak di Kanada.

Pemerintah Kanada sendiri cukup tegas dalam menangani pandemi corona. Selain telah menutup semua perbatasan dari pendatang yang tak berkepentingan, pihak keamanan juga melakukan patroli setiap hari untuk membubarkan keramaian yang berpotensi menjadi titik penularan.

Jika keramaian terjadi di kedai kopi misalnya, kedai kopi itu bisa saja ditutup paksa.

Situasi ini sebenarnya cukup membuat galau dan stres penduduk Kanada. Di saat mereka ingin merasakan musim semi yang cerah setelah enam bulan "terkurung" dalam musim dingin yang panjang, tiba-tiba mereka harus kembali mendekam di rumah akibat pandemi corona.

Saya berharap pandemi virus corona segera berlalu. Bukan karena saya sudah bosan di rumah, tetapi karena saya sudah bosan mendengar berita bertambahnya korban setiap harinya di dunia. Tak hanya lansia, anak muda kini juga bisa terinfeksi walau sehat walafiat.

Semoga keadaan bisa kembali normal, baik di Kanada maupun di Indonesia, amin.

Surat dari Rantau adalah rubrik terbaru di CNNIndonesia.com. Rubrik ini berupa "curahan hati" dari WNI yang sedang menetap di luar negeri. Bisa mengenai kisah keseharian, pengalaman wisata, sampai pandangan atas isu sosial yang sedang terjadi di negara yang ditinggali. Tulisan yang dikirim minimal 1.000 kata dan dilengkapi minimal tiga foto berkualitas baik yang berhubungan dengan cerita. Jika Anda ingin mengirimkan cerita, sila hubungi sdr@cnnindonesia.com

Posting Komentar

0 Komentar